Jumat, 30 Desember 2011

MENGENAL KAYU JABON

Kayu jabon sifat fisik dan struktur


Kayu jabon kayu keras berwarna putih semu - kuning muda. setelah tua, berubah menjadi kuning semu gading. arah serat lurus dan kadang-kadang agak terpadu, Kerat Raba agak licin sampai licin, tekstur agak halus sampai agak kasar, Kilap agak mengkilap sampai mengkilap.

Kayu jabon termasuk kelas awet, kelas awet adalah pengkelasan panjang pendeknya masa pakai kayu dikaitkan dengan kondisi penggunaan tertentu, seperti dipendam di dalam tanah, kondisi cuaca, terendam dalam air, dan pengecetan. Selain itu kelas awer juga dibedakan berdasarkan kondisi keawetan kayu yang berkaitan dengan serangan rayap tanah dan serangga perusak kayu lainnya.

Kayu yang termasuk kelompok kelas awet I lebih awet dibandingkan dengan kelas awet V. Kayu jabon termsuk dalam kelas awet V. Artinya, keawetan kayu jabon sangat rendah. sementara itu, daya tahan terhadap rayap kayu jabon kering termasuk kelas II, sedangkan daya tahan kayu jabon terhadap jamur pelapuk kayu termasuk kelas IV-V.

Kelas keras adalah pengkelasan kekuatan atau kekerasan kayu yang dipengaruhi oleh hubungan antara berat jebis, keteguhan tekan, dan keteguhan lentur dari kayu. kayu dengan kelas keras I lebih kuat dibandingkan dengan kayu dengan kelas keras IV. Kayu Jabon termasuk ke dalam kelas III. Artinya, keawetan kayu jabon cukup kuat. berikut ini perbandingan berbagai macam kayu berdasarkan berat jenis, kelas kuat, kelas awer, dan kecepatan petumbuhan(riap) dan kegunaannya.

Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE

No.

Nama

Nama Latin

Berat jenis rata-rata kayu

Kelas keras

Kelas awet

Riap (m3/ha/ tahun)

Umur (tahun)

kegunaan

1

Jabon

Anthocepalus cadamba

0,42

III-IV

V

24

10

2,3,5,8,12,13,14,15,17,19

2

Sengon

Paraserianthes falcataria

0,33

IV

IV

38

10

1,2,5,8,12,14,15

3

Akasia

Acacia mangium

0,63

II-III

II-III

43,9

10

1,2,3,15,20

4

Damar

Agathis Lorantifolia

0,49

III

IV

26

30

1,2,3,7,8,9,14,15,17

5

Leda

Eucalyptus deglupta

0,89

I-II

II-III

34

9

1,4,5,6,10,11

6

Jatih Putih

Gmelina arborea

0,44

III

II

21

7

1,2,3,11,13,15,18,19,20

7

Sungkai

Peronema canesces

0,63

II-III

III

11,5

15

1,3,4,5,12,13

8

Turi

Sesbania grandifolia

0,42

III-IV

V

25

8

1,3,8,12,14,18,20

Keterangan :

  1. Bangunan
  2. Kayu Lapis
  3. Mebel
  4. Lantai
  5. Papan dinding
  6. Bantalan
  7. Rangka pintu atau jendela
  8. Bahan pembungkus
  9. Alat olahraga atau music
  10. Tiang listrik atau tiang telepon
  11. Perkapalan
  12. Patung,ukiran dan kerajinan tangan
  13. Venir mewah
  14. Korek api
  15. Pulp
  16. Alat gambar
  17. Pensil
  18. Arang
  19. Obat-obatan
  20. Moulding

Standart mutu dan kualitas kayu jabon Indonesia ditetapkan berdasarkan pengujian menggunakan pedoman standart tertentu. Untuk menguji kayu jabon, standart kayu yang digunakan adalah standart nasional Indonesia ( SNI ) 01-5007.2-2000 tentang pengukuran dan table isi kayu bundar rimba. Sementara itu, untuk menentukan standar petunjuk teknis pengujian kayu bundar rimba berdasarkan SNI 01-5007.9-2000. Berdasarkan standart tersebut, bagian jabon yang di uji adalah batang atau cabang kayu

(www.asaforest.com)

Mengenal jabon


Jabon (Anthocephalus cadamba Miq)

Nama perdagangan : Jabon, Hanja, Kelampayan

Nama botanis : Anthocephalus cadamba Miq.

Sinonim : Anthocephalus chinensis Rich.

Family : Rubiaceae


Sebaran tumbuhnya : Sebagian besar Jawa Barat dan Jawa Timur, seluruh Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi, Nusa Tenggara Barat dan Irian Jaya. Tumbuh pada ketinggian 0 – 1000 m dpl dengan curah hujan kurang dari 1920mm/tahun. Tumbuh pada tanah ringan, berdrainase baik. Toleran terhadap tanah asam dan berdrainase jelek tetapi bukan pada tanah tererosi.


Jabon adalah jenis pohon cahaya (light-demander) yang cepat tumbuh. Pada umur 3 tahun (sejak benih disemai) tingginya dapat mencapai 9 m dengan diameter 11 cm. Di alam bebas, pohon Jabon pernah ditemukan mencapai tinggi 45 m dengan diameter lebih dari 100 cm. Bentuk tajuk seperti payung dengan sistem percabangan melingkar. Daunnya tidak lebat. Batang lurus silindris dan tidak berbanir. Kayunya berwarna putih krem sampai sawo kemerah-merahan, mudah diolah, lunak dan ringan. Jabon berbuah setahun sekali. Musim berbunganya pada bulan Januari-Juni dan buah masak pada bulan Juli-Agustus dengan jumlah buah majemuk per kg 33 buah.


Saat ini Jabon menjadi andalan industri perkayuan, termasuk kayu lapis,karena Jabon memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan tanaman kayu lainnya termasuk sengon/albasia. Dari hasil uji coba yang telah dilakukan, keunggulan tanaman jabon dapat diuraikan dari beberapa sisi, diantaranya adalah:

- diameter batang dapat tumbuh berkisar 10 cm/th

- Masa produksi jabon yang singkat – hanya 4 – 5 tahun

- Berbatang silinder dengan tingkat kelurusan yang sangat bagus

- Tidak memerlukan pemangkasan karena pada masa pertumbuhan cabang akan rontok sendiri (self purning)

Buahdikumpulkan dengan cara memanjat dan memetiknya dari pohon. Buah masakdicirikan oleh warnanya yang berubah dari hijau menjadi coklat muda dandaging buahnya telah lunak. Pohon mulai berbuah pada umur 5 tahun dan perkiraan produksi buah rata-rata per pohon berjumlah 45 buah


Ekstraksi benih dilakukan dengan metode basah. Buah yang sudah masak dimasukkan ke dalam karung dan diperam selama 1 minggu. Pemberian air terhadap benih yang diperam dilakukan setiap hari sehingga terjadi fermentasi/pembusukan. Setelah diperam, buah diremas-remas/dicabik hingga menjadi lapis-lapis kecil lalu dimasukkan kedalam bak berisi air. Benih yang masih bercampur lendir yang terdapat didalam bak di saring sebanyak 3 kali lalu diremas-remas. Air yang terdapat dalam gumpalan benih bercampur lendir selama 2 jam, kemudian dimasukkan kedalam kain blacu dan diperas. Sebelum disaring, dilakukan penjemurandisertai dengan terus menggaru untuk melepaskan lendirnya. Apabila sudah kering lendir akan menjadi debu. Benih dan kotorannya kemudian disaring dengan cara lolos saringan 420 mikron (35 mesh) tertahan pada ukuran saringan 250 mikron (60 mesh) untuk mendapatkan benih yang memiliki Sifat fisik dan fisiologik yang baik.

Sebelum ditabur, benih dicampur dengan pasir yang halus sekali, untuk 2 gram benih cukup 100 gram pasir. Benih ditaburkan diatas bendengan petaburan harus ditutup oleh atap naungan. Perumputan dilakukan dengan jalan pengguntingan. Penyulaman dilakukan pagi hari jam 6.00 sampai dengan 8.00 dan sore dari jam 16.00 sampai dengan 18.00 dengan penyiraman digunakan sprayer dengan butiran air halus (kabut) atau dengan caramencelupkan bendengan kedalam air. Perumputan pada bendeng penyapihan dilakukan dengan penyabutan. Bibit harus dijaga dari ganguan hama.

Pencegahan Hama : Pencegahan terhadap benih apabila terserang penyakit (jamur) dan penyakit adalah dengan memberikan fungisida seperti Dithane M-45(2gram/1 liter air)


Persemaian : Media semai yang dipergunakan : ukuran polybag 10×15 cm. Media bibit adalah campuran pasir + tanah+ kompos daun(1:3:1). Pemupukan dilakukan setelah bibit berumur 2 minggu dengan pupuk NPK cair (0.05-2 gram/1liter air). Pemupukan dilakukan setiap 2 minggu sekali sampai bibit siap tanam pada umur 2 bulan. Dalam persemaian diperlukan naungan 40% atau 65%.


Tahapan Penanaman Jabon

PersiapanLahan

Dalam pengolahan lahan kegiatan pertama yang dilakukan yaitu pembersihan (Land Clearing ) dari tumbuhan lain. Kemudian dilanjutkan dengan pengolahan lahan baik secara manual, semimekanis atau mekanis sesuai kondisi lahan serta pertimbangan ekonomis. Lahan tanaman yang telah diolah dibuat lubang dengan ukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm. setiap lubang tanam diberi pupuk dasar yaitu pupuk kandang dan NPK secukupnya. Pupuk dasar diaduk merata dalam lubang tanaman. Penanaman bibit sebaiknya pada musim penghujan. Sebelum ditanam bibit tanaman dikeluarkan dari polybag dengan hati-hati dengan cara merobek polybag agar media tidak pecah dan akarnya tidak putus kemudian ditanam dilubang dan ditimbun dengan tanah galian bagian atas dan tanah bagian bawah, padatkan dan ratakan dengan permukaan lahan.

Pemeliharaan

Secara fisiologis tanaman jabon yang baru ditanam akan melakukan proses adaptasi dan aklimatisasi dengan lingkungan areal pertanaman. Setelah tanaman berumur 1 – 2 bulan dilakukan penyulaman tanaman yang mati atau bibit yang pertumbuhannya tidak baik. Penyiangan perlu dilakukan denganmembersihkan gulma dari sekitar tanaman minimal radius 2 meter.


Pemupukan

Penerapan pemupukan tanaman kehutanan jarang dilakukan dalam skala usaha karena secara teknis kebutuhan unsur hara dapat dipenuhi dari serasah yang terdekomposisi secara alami. Namun dari hasil evaluasi lapangan, tanaman jabon yang pertumbuhannya kurang optimal dan teridentifikasi menunjukan tanda tanda defisiensi unsur hara perlu diberi perlakuan pemupukan. Jenis dan dosis pupuk disesuaikan dengan umur tanaman sehingga pada akhir daur produksi diperoleh tanaman jabon yang tumbuh seragam. Pemberian pupuk ( jenis dan dosisnya ) akan lebih sesuai bila sebelumnya dilakukan analisis tanah.

Karena jenis kayunya yang berwarna putih kekuningan dan tanpa terlihat seratnya, maka kayu jabon sangat dibutuhkan oleh industri kayu lapis (plywood), industri meubel, pulp, produsen peti buah, mainan anak-anak, korek api, Alas sepatu, Papan, Tripleks. Hal inilah yang menyebabkan pemasaran kayu jabon sama sekali tidak mengalami kesulitan.

Budidaya tanaman jabon akan memberikan keuntungan yang sangat menggiurkan apabila dikerjakan secara serius dan benar. Perkiraan dalam 4 – 5 tahun mendatang, diperoleh dari penjualan 625 pohon berumur 4 – 5 tahun sebanyak 800 – 1.000 m3 per ha. Prediksi harga jabon pada 5 tahun mendatang Rp1,2-juta/m3. Dengan harga jual Rp 1,2-juta per m3 dan produksi 800 m3, maka omzet dari penanaman jabon mencapai Rp960-juta per ha. Saat ini harga per m3 jabon berumur 4 tahun mencapai Rp700.000; umur 5 tahun, Rp800.000.

enterpreneur kata gus sholah



Gus Sholah: Entrepreneurship Itu Soal Membangun Kepribadian

Entrepreneurship selalu dimulai dari membangun kepribadian. Seorang wirausahawan yang berkpribadian buruk akan sulit berhasil menjadi pengusaha tangguh dan disegani.

Shalahuddin Wahid

Itulah sekelumit pandangan Salahuddin Wahid, salah satu tokoh nasional yang cukup dikenal ini, kepada pemimpin umum Tabloid Trans Agro, Ahmad Shofi. Bagi pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng ini, kebutuhan akan orang-orang tangguh yang berjiwa entrepreneuship ini semakin tidak bisa dihindari saja.

“Pasalnya, orang-orang seperti inilah yang pada dasarnya orang-orang yang berkarakter,” begitu tuturnya. “Entrepreneurship itu bukan hanya sekedar soal bagaiman orang mandiri, lebih dari itu,” sambungnya pada Trans Agro. Lalu? “Jauh dari itu adalah soal membentuk kepribadian. Pribadi yang berkarakter, mempunyai keteguhan dan ketangguhan.”

Selaku pengasuh lembaga pendidikan yang mengampu ribuan murid di pesantren yang dia pimpin sejak 3 tahun lalu itu, dia tidak semata percaya pada pendidikan formal. “Pada dasarnya, pendidikan itu mempunyai tiga aspek utama. Satu sama lain tidak boleh kurang. Karena kalau kurang tidak akan sempurna hasilnya.”

Pertama, pendidikan itu bertujuan membentuk manusia dari sisi kognitifnya. “Dalam wilayah kognitif, yang dibidik adalah sisi ilmu pengetahuannya. Bagaimana orang bisa berpikir dengan nalar.” Itulah yang dilakukan oleh pendidikan-pendidikan formal sekarang ini.

Kedua, sisi afektif. “Pada wilayah ini, pendidikan seharusnya mampu membentuk kepribadian peserta didik. Memperkenalkan nilai-nilai kemanusiaan. Juga nilai-nilau univesal lainnya.” Jauh lebih sulit mencapai tujuan ini, pendapatnya. “Makanya, tujuan afektif ini menjadi sangat penting sekarang ini.” Kejujuran, kerjasama, kedisiplinan benar-benar tidak bisa dipisahkan dari pendidikan.

Ketiga adalah psikomotorik, tujuan pendidikan agar manusia mempunyai ketrampilan untuk kelangsungan hidupnya sendiri. “Ketiganya tidak bisa dipisahkan, satu sama lain saling tidak terpisahkan.”

“Dan bagaiman nilai-nilai tadi bisa menjadi kebiasaan, bukan sekedar pengetahuan maka harus ditempuh dengan proses konatif.” Orang bisa menjadi lebih berkepribadian karena adanya upaya pembiasaan sehari-hari. “Banyak orang yang mengerti soal kepribadian, tapi banyak pula yang tidak berkepribadian,” kelahiran 11 September 1942 ini.

Nah, pada dasarnya, pembiasaan itu bisa dilakukan dengan cara penanaman mental entrepreneuship. Dalam wirausaha, ketika orang mau sukses maka mereka mutlak untuk mengembangkan beberapa karakter handal. “Tanpa mempunyai karakter-karakter ini, akan sulit orang bisa sukses.”

Apa saja yang dimaksudnya dengan karakter-karakter handal tadi? “Pertama orang harus percaya diri.” Tanpa rasa percaya diri, seseorang tidak bisa menjadi dirinya secara utuh. Keberhasilan dan kegagalan sangat ditentukan oleh tingkat kepercayaan diri sendiri. kalau tidak percaya diri, maka kecenderungan orang untuk bergantung pada lainnya sangat besar. Pada akhirnya mereka tidak bisa mengekpresikan kemauan-kemauan mereka secara penuh. “Sikap percaya diri ini penting, tapi tidak boleh sombong.

“Makanya, kita harus punya juga sikap rendah hati.” Rendah hati sangat berbeda dengan rendah diri. “Yang kita lawan adalah sikap rendah diri.” Karena rendah diri sangat membatasi potensi-potensi kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang

Kemampuan bekerjasama juga sangat penting. “Bangsa Indonesia ini, sangat membutuhkan orang-orang yang bisa bekerjasama.” Meskipun banyak orang yang mengagung-agungkan gotong royong, pendapat adik kandung Gus Dur, tapi sebenarnya banyak orang yang tidak bisa bekerja sama. Padahal, kemampuan kerjasa sama ini sangat mutlak artinya untuk sebuah kemajuan.

Untuk bekerjasama, orang harus mampu berkamomunikasi dengan baik. “Komunikasi baik inilah modal untuk bekerjasama. Komunikasi yang baik hanya bisa dilakukan dengan pandangan hidup yang baik pula. Bukan pandangan negatif.”

Tapi semuanya itu belum lengkap, tanpa adanya keberanian. “Keberanian mengambil keputusan, keberanian mengambil resiko, keberanian mencoba yang baru adalah hal-hal mendasar yang harus dipunyai seseorang untuk berhasil,” mantap.

Semua itu, pada dasarnya akan terlatih jika orang mau terjun sebagai entrepreneur, menjadi wirausaha dengan mengembangkan mental-mental juara.

Tidak berlebih pula, jika kemudian dia dalam mengasuh pesantrennya, nilai-nilai kewirausahaan ini sangat ditekankan. “Sekarang ini kita tengah mempersiapkan sebuah program kewirausahaan buat santri.”

“Kita akan memilih beberapa siswa untuk dididik khusus dalam pelatihan kewirausahaan selama satu tahu.” Bekerjasama dengan sebuah lembaga training, insinyur jebolan ITB ini membuat program tersebut. “Jadinya, nanti akan ada santri yang baru lulus SMA kita tahan dulu untuk kuliah.”

<p>Your browser does not support iframes.</p>

Mereka yang terpilih dan diijinkan orang tuanya, setelah lulus dari SMA akan dididik khusus dalam lembaga kewirausahaan ini. “Daripada tergesa-gesa melanjutkan kuliah tapi pada akhirnya hanya menjadi satu di antara jutaan orang yang menganggur, lebih baik menunda dulu untuk mendalami mental wirausaha ini.”

Menunda kuliah satu tahun toh tidak begitu signifikan, kilahnya. “Setelah lulus dari training kewirausahaan ini, mereka bisa saja melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Atau bisa saja menjadi seorang wirausahawan,” tegas mantan Wakil Ketua Komnas Ham 2002-2007 ini.

Jika mereka melanjutkan kuliah, tentu mereka akan mempunyai keunggulan-keunggulan dalam mental mereka. “Bisa saja mereka nantinya ketika kuliah bisa sambil membangun sebuah bisnis.” Bukankah di negara-negara Barat, orang kuliah sambil bekerja juga sudah menjadi kelaziman?

Bukannya memandang rendah pendidikan formal, tapi Salahuddin punya keyakinan, untuk sukses orang tidak harus kuliah yang tinggi. “Ingat di Amerika, menurut hasil penelitian, di antara 10 pengusaha paling berhasil 4 diantaranya mereka yang tidak kuliah.” Yang paling terkenal adalah Bill Gates, pemilik perusahaan Microsoft. “Mereka ini kan dibentuk dari karya yang mereka lakukan langsung.”

“Mereka ini kan tidak percaya terhadap pendidikan formal. Makanya mereka langsung terjun, berkarya dengan menjadi wirausahawan,” Gus Solah pad Trans Agro. Ditegaskan lagi, dalam wirausaha ada semangat untuk mandiri. Kemandirian ini hanya bisa dilakukan dengan mengembangkan sikap jujur, disiplin, kerja keras, mampu kerjasama dan komunikatif.

Kejujuran sangat diuji dalam dunia bisnis. Tapi hanya dengan kejujuran orang bisa maju. “Ingat, perusahaan-perusahaan yang sehat rata-rata mereka adalah perusahaan-perusahaan yang jujur,” pendapatnya. “Karena yang baik pasti akan berakhir baik, dan yang diawali dengan keburukan pasti akan berakhir buruk.”

Asal tahu saja, saat ini, dalam bidang agribisnis, Tebuireng juga tengah mempersiapkan program pertanian organik. “Saat ini kami tengah berupaya semua lahan yang kami punya akan kami organikan.”

“Ini bagian dari upaya kami untuk melestarikan alam dan menjalani pola hidup sehat.” Meskipun sudah pernah uji coba memproduksi beras organik dengan sebuah lembaga dan gagal, tapi Salahuddin tetap bersikukuh untuk meneruskan misinya itu.

Selain untuk konsumsi santrinya yang memang ribuan itu, program pertanian organik ini sebagai bagian dari tugas edukasi pesatren terhadap masyarakat umum. (red)

enterpreneur kata gus sholah

Gus Sholah: Entrepreneurship Itu Soal Membangun Kepribadian

Entrepreneurship selalu dimulai dari membangun kepribadian. Seorang wirausahawan yang berkpribadian buruk akan sulit berhasil menjadi pengusaha tangguh dan disegani.

Shalahuddin Wahid

Itulah sekelumit pandangan Salahuddin Wahid, salah satu tokoh nasional yang cukup dikenal ini, kepada pemimpin umum Tabloid Trans Agro, Ahmad Shofi. Bagi pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng ini, kebutuhan akan orang-orang tangguh yang berjiwa entrepreneuship ini semakin tidak bisa dihindari saja.

“Pasalnya, orang-orang seperti inilah yang pada dasarnya orang-orang yang berkarakter,” begitu tuturnya. “Entrepreneurship itu bukan hanya sekedar soal bagaiman orang mandiri, lebih dari itu,” sambungnya pada Trans Agro. Lalu? “Jauh dari itu adalah soal membentuk kepribadian. Pribadi yang berkarakter, mempunyai keteguhan dan ketangguhan.”

Selaku pengasuh lembaga pendidikan yang mengampu ribuan murid di pesantren yang dia pimpin sejak 3 tahun lalu itu, dia tidak semata percaya pada pendidikan formal. “Pada dasarnya, pendidikan itu mempunyai tiga aspek utama. Satu sama lain tidak boleh kurang. Karena kalau kurang tidak akan sempurna hasilnya.”

Pertama, pendidikan itu bertujuan membentuk manusia dari sisi kognitifnya. “Dalam wilayah kognitif, yang dibidik adalah sisi ilmu pengetahuannya. Bagaimana orang bisa berpikir dengan nalar.” Itulah yang dilakukan oleh pendidikan-pendidikan formal sekarang ini.

Kedua, sisi afektif. “Pada wilayah ini, pendidikan seharusnya mampu membentuk kepribadian peserta didik. Memperkenalkan nilai-nilai kemanusiaan. Juga nilai-nilau univesal lainnya.” Jauh lebih sulit mencapai tujuan ini, pendapatnya. “Makanya, tujuan afektif ini menjadi sangat penting sekarang ini.” Kejujuran, kerjasama, kedisiplinan benar-benar tidak bisa dipisahkan dari pendidikan.

Ketiga adalah psikomotorik, tujuan pendidikan agar manusia mempunyai ketrampilan untuk kelangsungan hidupnya sendiri. “Ketiganya tidak bisa dipisahkan, satu sama lain saling tidak terpisahkan.”

“Dan bagaiman nilai-nilai tadi bisa menjadi kebiasaan, bukan sekedar pengetahuan maka harus ditempuh dengan proses konatif.” Orang bisa menjadi lebih berkepribadian karena adanya upaya pembiasaan sehari-hari. “Banyak orang yang mengerti soal kepribadian, tapi banyak pula yang tidak berkepribadian,” kelahiran 11 September 1942 ini.

Nah, pada dasarnya, pembiasaan itu bisa dilakukan dengan cara penanaman mental entrepreneuship. Dalam wirausaha, ketika orang mau sukses maka mereka mutlak untuk mengembangkan beberapa karakter handal. “Tanpa mempunyai karakter-karakter ini, akan sulit orang bisa sukses.”

Apa saja yang dimaksudnya dengan karakter-karakter handal tadi? “Pertama orang harus percaya diri.” Tanpa rasa percaya diri, seseorang tidak bisa menjadi dirinya secara utuh. Keberhasilan dan kegagalan sangat ditentukan oleh tingkat kepercayaan diri sendiri. kalau tidak percaya diri, maka kecenderungan orang untuk bergantung pada lainnya sangat besar. Pada akhirnya mereka tidak bisa mengekpresikan kemauan-kemauan mereka secara penuh. “Sikap percaya diri ini penting, tapi tidak boleh sombong.

“Makanya, kita harus punya juga sikap rendah hati.” Rendah hati sangat berbeda dengan rendah diri. “Yang kita lawan adalah sikap rendah diri.” Karena rendah diri sangat membatasi potensi-potensi kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang

Kemampuan bekerjasama juga sangat penting. “Bangsa Indonesia ini, sangat membutuhkan orang-orang yang bisa bekerjasama.” Meskipun banyak orang yang mengagung-agungkan gotong royong, pendapat adik kandung Gus Dur, tapi sebenarnya banyak orang yang tidak bisa bekerja sama. Padahal, kemampuan kerjasa sama ini sangat mutlak artinya untuk sebuah kemajuan.

Untuk bekerjasama, orang harus mampu berkamomunikasi dengan baik. “Komunikasi baik inilah modal untuk bekerjasama. Komunikasi yang baik hanya bisa dilakukan dengan pandangan hidup yang baik pula. Bukan pandangan negatif.”

Tapi semuanya itu belum lengkap, tanpa adanya keberanian. “Keberanian mengambil keputusan, keberanian mengambil resiko, keberanian mencoba yang baru adalah hal-hal mendasar yang harus dipunyai seseorang untuk berhasil,” mantap.

Semua itu, pada dasarnya akan terlatih jika orang mau terjun sebagai entrepreneur, menjadi wirausaha dengan mengembangkan mental-mental juara.

Tidak berlebih pula, jika kemudian dia dalam mengasuh pesantrennya, nilai-nilai kewirausahaan ini sangat ditekankan. “Sekarang ini kita tengah mempersiapkan sebuah program kewirausahaan buat santri.”

“Kita akan memilih beberapa siswa untuk dididik khusus dalam pelatihan kewirausahaan selama satu tahu.” Bekerjasama dengan sebuah lembaga training, insinyur jebolan ITB ini membuat program tersebut. “Jadinya, nanti akan ada santri yang baru lulus SMA kita tahan dulu untuk kuliah.”

<p>Your browser does not support iframes.</p>

Mereka yang terpilih dan diijinkan orang tuanya, setelah lulus dari SMA akan dididik khusus dalam lembaga kewirausahaan ini. “Daripada tergesa-gesa melanjutkan kuliah tapi pada akhirnya hanya menjadi satu di antara jutaan orang yang menganggur, lebih baik menunda dulu untuk mendalami mental wirausaha ini.”

Menunda kuliah satu tahun toh tidak begitu signifikan, kilahnya. “Setelah lulus dari training kewirausahaan ini, mereka bisa saja melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Atau bisa saja menjadi seorang wirausahawan,” tegas mantan Wakil Ketua Komnas Ham 2002-2007 ini.

Jika mereka melanjutkan kuliah, tentu mereka akan mempunyai keunggulan-keunggulan dalam mental mereka. “Bisa saja mereka nantinya ketika kuliah bisa sambil membangun sebuah bisnis.” Bukankah di negara-negara Barat, orang kuliah sambil bekerja juga sudah menjadi kelaziman?

Bukannya memandang rendah pendidikan formal, tapi Salahuddin punya keyakinan, untuk sukses orang tidak harus kuliah yang tinggi. “Ingat di Amerika, menurut hasil penelitian, di antara 10 pengusaha paling berhasil 4 diantaranya mereka yang tidak kuliah.” Yang paling terkenal adalah Bill Gates, pemilik perusahaan Microsoft. “Mereka ini kan dibentuk dari karya yang mereka lakukan langsung.”

“Mereka ini kan tidak percaya terhadap pendidikan formal. Makanya mereka langsung terjun, berkarya dengan menjadi wirausahawan,” Gus Solah pad Trans Agro. Ditegaskan lagi, dalam wirausaha ada semangat untuk mandiri. Kemandirian ini hanya bisa dilakukan dengan mengembangkan sikap jujur, disiplin, kerja keras, mampu kerjasama dan komunikatif.

Kejujuran sangat diuji dalam dunia bisnis. Tapi hanya dengan kejujuran orang bisa maju. “Ingat, perusahaan-perusahaan yang sehat rata-rata mereka adalah perusahaan-perusahaan yang jujur,” pendapatnya. “Karena yang baik pasti akan berakhir baik, dan yang diawali dengan keburukan pasti akan berakhir buruk.”

Asal tahu saja, saat ini, dalam bidang agribisnis, Tebuireng juga tengah mempersiapkan program pertanian organik. “Saat ini kami tengah berupaya semua lahan yang kami punya akan kami organikan.”

“Ini bagian dari upaya kami untuk melestarikan alam dan menjalani pola hidup sehat.” Meskipun sudah pernah uji coba memproduksi beras organik dengan sebuah lembaga dan gagal, tapi Salahuddin tetap bersikukuh untuk meneruskan misinya itu.

Selain untuk konsumsi santrinya yang memang ribuan itu, program pertanian organik ini sebagai bagian dari tugas edukasi pesatren terhadap masyarakat umum. (red) (www.tabloidtransagro.com)

rame-rame bisnis jabon

Rame-rame Investasi Jabon

Jabon liar berdiameter 1,5 m tumbuh di hutan Pemalang Jawa Tengah

Dua tahun belakangan memang Jabon tengah naik daun sebagai pujaan investasi agribisnis. Kombinasi antara peluang pasar kayunya yang diprediksi akan semakin terbuka, bahkan bisa menggantikan sengon yang sebelumnya sudah eksis, dan sifat-sifat yang dimiliki Anthocephalus macrophyllus (Jabon merah) dan Anthocephalus cadamba (Jabon Putih) mengatrol namanya.

Asal tahu saja, selama ini pohon yang dijadikan sebagai bahan untuk reboisasi didominasi oleh pohon-pohon yang lamban tumbuh (Low growing). Akibatnya, pertumbuhan kanopi yang lambat dan juga perakarannya. Wajar jika masyarakat tidak begitu berminat untuk ikut membenamkan modalnya dalam investasi ini.

Sementara, sengon yang selama ini sudah menjadi idola investasi kebun-kebun marjinal yang kurang produktif, dan masuk dalam kategori fast growing, ditanam luas oles masyarakat mendapat masalah cukup berat dengan timbulnya penyakit karat puru yang belum ditemukan obatnya.

<p>Your browser does not support iframes.</p>

Selain itu, tekanan dunia terhadap penebangan hutan liar Indonesia menjadikan pencarian alternatif-alternatif sumber kayu untuk suplai industri. “Akan lebih baik jika kita menanam hutan rakyat tapi tetap menguntungkan sebagai sumber kayu tersebut,” pendapat Dr. Ir Supriyanto, ahli silvikultur IPB. “Karena memang persoalan tekanan dunia dan konservasi sangat kuat, dan hutan alam masih menyimpan kekayaan ekonomi yang belum banyak kita ketahui,” sambung doktor lulusan Nancy University, Perancis ini.

Diperlukan tanaman-tanaman yang cepat tumbuh dan bisa menjawab kebutuhan industri dan menguntungkan bagi siapa saja yang investasi di dalamnya. “Sebenarnya ada banyak sekali jenis pohon fast growing yang bisa dikembangkan, tapi Jabon untuk saat ini bisa jadi alternatif yang patut dipertimbangkan.”

Sifat-sifat yang dimiliki pohon ini, menjadikannya alternatif yang sangat menguntungkan untuk investasi kayu dalam waktu cepat, pada gilirannyaa tujuan konservasi lahan dan air bisa tercapai sekaligus. “Yang penting kita nanam pohon dulu, nanti akan ada air, nah setelah ada air tentunya akan ada kehidupan, karena air memang sumber kehidupan,” papar peneliti senior SEAMO BIOTROP tersebut. (tabloidtransagro.com)

jabon p[utih dan merah

Beda Jabon Merah & Jabon Putih

Potensi Bisnis Sama Besar

jabon merah umur 3 bulan pasca tanam

jabon merah umur 3 bulan pasca tanam

Jabon putih (Anthocephalus cadamba) dan jabon merah (Anthocephalus macrophyllus) termasuk fast growing species. Keduanya merupakan tanaman pioner di hutan sekunder. Karena berbeda spesies, tentunya memiliki karakteristik yang berbeda pula.

Secara umum pertumbuhan keduanya relatif sama namun jabon putih sedikit lebih cepat. “Pertumbuhan awal jabon putih lebih cepat dibandingkan jabon merah, kira-kira pada tanaman selisih tingginya 2 m, namun setelah itu kecepatan tumbuh seimbang,” kata Rachmat Bukhori, salah satu pembudidaya Jabon di Bandung.

Selain kecepatan tumbuh perbedaan yang paling kasat mata terletak pada daun. Daun muda jabon merah berwarna hijau kemerahan. “Mirip daun jati,” kata Rachmat singkat. “Sedangkan jabon putih berwarna hijau.”

Ketika diraba, daun jabon merah terasa lebih kasar, bulu daunnya lebih banyak. Sedangkan untuk jabon putih relatif lebih halus, bulu daun lebih jarang dan pendek.

Bentuk daun kedua jabon tersebut sama-sama lebar. Perbedaannya pada pangkal daun. Tangkai daun jabon putih lebih panjang dibandingkan jabn merah. Jabon merah seolah tidak memiliki tangkai daun karena lembaran daun sampai pada pangkal tangkainya.(penulis: wahyu abidin shaf)

jabon merah tumbuh menjulang di samping pohon kelapa

jabon merah tumbuh menjulang di samping pohon kelapa 9tabloid trans agro)

jabon di mata sang doktor

Jabon di Mata Doktor Silvikultur IPB

Ikhtiar Mencari Kayu yang Aman, Cepat, dan Menguntungkan

(Wawancara Tabloid TransAgro/ www.tabloidtransagro.com dengan Dr. Ir. Supriyanto peneliti senior SEAMO BIOTROP, Pusat Regional Asia Tenggara untuk Biologi Tropika)

Satu pohon bisa menghasilkan paling minim setengah kubik, dibikin minim saja. Dengan demikian, saya sudah punya 200 kubik dalam 1 hektar tersebut. Taruhlah perhektar untuk biaya investasi total hanya sekitar 20 juta, Kalau saya jual kayunya Rp 1 juta saja perkubik, anda bisa hitung sendiri? jelas sangat menguntungkan. Itu baru hitungan minimal dengan jarak sangat longgar. Riilnya bisa berlipat-lipat kali.

Masyarakat berbondong-bondong investasi tanaman ini. Selain aman, menguntungkan, juga ikut dalam konservasi lingkungan. Trans Agro mewawancarai secara eklusif seorang peneliti senior SEAMO BIOTROP (Southeast Asian Ministers of Education Organization) yang terlibat langsung dalam riset Jabon. Berikut hasil wawancara dengan Dr. Ir. Supriyanto oleh Ahmad Shofi, pemimpin umumTrans Agro.

Trans Agro (TA) : Kenapa Jabon bisa booming seperti sekarang ini?

Supriyanto (S) : Untuk memenuhi industri besar dan juga industri masyarakat, selama ini sudah terpaku pada sengon, terutama di Jawa. Sebagian besar industri kayu ini kan di Jawa, meski ada juga yang di luar Jawa. Tiba-tiba sengon mengalami karat puru, di Jawa timur, Jawa tengah, dan juga Jawa barat dan daerah lain. Meskipun tidak semua, tapi cukup hebat. Karena pohon yg berdiameter 10 cm pun tiba-tiba bisa mati. Kalau matinya diameter 20 kan masih bisa dimanfaatkan, untuk suplai pabrik, misalnya kayu lapis.

TA: Bagaimana menghadapi serangan tersebut?

S: Bagi kami yang fokus di penelitian tanaman hutan, ada 3 solusi utama. Yang pertama dicari jenis-jenis kayu yang alternatif untuk memenuhi suplai kayu. Yang kedua, mencari sengon baru yang tahan terhadap karat puru. Dan ketiga, mengobati sengon yang kena karat puru. Ketiganya sangat penting.

Kalau kita mencari jenis yang tahan penyakit tersebut, kira-kira akan sangat lama sedangkan permintaan industri tidak bisa dihentikan. Jadi, akan lebih baik kita mencari jenis alternatif yang cepat, yang bisa mensuplai pabrik. Alternatifnya sih banyak, seperti Jabon, Benuang, jenis-jenis beringin namanya Ficcus callosa, orang Jawa menyebutnya lampean. Saya sudah mengidentifikasi paling tidak 20 jenis yang masuk dalam kategori fast growing tapi resikonya kecil.

TA: Dari 20 jenis itu mana yang paling bagus?

S: Dari 20 itu kita pikir-pikir mana yang cocok, maka terpilihlah jabon. Terus kita konsultasikan juga ke perusahaan-perusahaan kayu veneer, atau kayu lapis, jadi kita konsultasi ke kalangan industri, tentang kemudahannya untuk mengola, yang kedua ada nggak spek peralatan yang perlu diganti. Karena mengganti spek peralatan kan tidak efesien. Nah, ternyata dunia industri sudah menggunakan kayu jabon, seperti di Lampung,Banjarnegara,Surabaya, dan juga Kalimantan.

TA:Berarti sudah lama pak?

S: Iya mereka sudah lama menggunakan. Cuma hanya sebagai kayu minor. Karena di hutan tumbuh dimana-mana Kalau ketemu di hutan ditebang karena memenuhi syarat industri. Tapi orang budidaya belum memikirkan bagaimana jabon menjadi kayu intensip, kayu industri. Ketika kita memikirkan itu perlu juga melihat lebih jauh. Berdasarkan pengalaman riset kami, terutama untuk industri biokomposit, ternyata jabon juga bagus.

TA:Perusahaan biokomposit seperti bagaimana?

S: Biokomposit ini kan secara sederhana bisa diartikan sebagai teknologi bagaimana memanfaatkan kayu berdiameter kecil, terutama limbah menjadi lebih berguna. Salah satunya particel board, papan serat, papan sambung, plastic board, itu adalah teknologi yang kita sebut teknologi biokomposit, dan itu adalah teknologi masa depan. Karena apa, suplai kayu besar sudah jarang. Coba cari kayu berdiameter di atas 80 cm, sudah sangat jarang kecuali di hutan alam.

TA: Bagaimana dengan kemungkinan pelarangan kayu hutan alam di masa depan?

S: Maksudnya moratorium? Tergantung juga. Kalau kita bisa mengelola secara berkelanjutan akan bagus. Bukannya tidak mungkin, karena adanya tekanan dunia, tekanan konservasi. Mendingan kita bangun hutan masyarakat, akan lebih bagus. Karena di hutan alam itu masih banyak jenis-jenis yang kita belum tahu manfaatnya. Mending kita budidaya jenis-jenis yang sudah kita ketahui, seperti jati, jabon, mahoni, dan lain sebagainya menjadi hutan rakyat. Karena hutan alam masih banyak sekali kekayaan yang masih perlu digali. Tetap lebih baik menciptakan hutan rakyat.

TA: Bagaimana perbandingan kualitas jabon dibandingkan dengan sengon?

S: Dari segi kekuatan, masih kuat jabon. Dari sisi keawetan hampir sama. Dari sisi corak lebih bagus jabon, karena ada unsur kecoklatannya. Dari sisi pengerjaan kayunya, sama sama mudah. Kalau untuk pertumbuhan di lapangan, karena jabon lurus, sementara sengon banyak cabang, jabon lebih cepat. Selain itu, jabon juga lebih efesien dalam penggunaan ruangan. Jabon itu self pruningnya tinggi, jadi pemangkasan cabang oleh dirinya sendiri lebih cepat. Kalau bicara kualitas kayu, dalam pengertian industri, kayu lurus berdiameter besar itu yang dicari, karena lebih efesien, pengangkutan gampang. Bukan soal panjangnya saja, tapi diameter kayunya. Sehingga sengon itu di dalam industri dipotong hanya kisaran 1,2 sampe 2 meter. Nah kalau jabon itu sudah lurus, bisa lebih panjang dan berdiameter besar.

Dari sisi daun, jabon lebih besar sedangkan sengon kecil-kecil. Artinya untuk agroforestry, untuk adanya tumbuhan campuran lebih mudah di sengon karena sinar matahari bisa lebih banyak masuk. Apakah kita harus menyerah sampai di situ? Tidak, kita harus cari jenis-jenis tanaman yang tahan teduh, seperti kopi, kapulaga, garut, gampangannya kalau saya yang penting tinggal iqra’ kita ini, kemampuan membaca peluangnya.

TA: Selain kelebihan, kelemahan jabon?

S: Ada tentunya, contohnya benihnya sangat kecil jadi tidak semua orang bisa membibitkannya. Diperlukan keahlian khusus, tapi bukannya tidak mungkin. Terus ada juga ulat, tapi harus dipahami kalau ulatnya besar pasti akan timbul pemakan alaminya, contoh burung. Jadi, populasi burung itulah yang harus dijaga, jadi harus dijadikan sebagai proses keseimbangan alami. Tapi serangan ulat ini tidak seberapa, kok. Paling satu pohon ada ulat beberapa daun, daun habis tapi kan tumbuh lagi. Kalau sengon kan begitu kena karat puru, bisa mati semua.

TA: Ada kemungkinan tidak jabon terjadi seperti sengon, jabon suatu saat kena penyakit yang tidak diduga sebelumnya?

S: Bukannya tidak mungkin memang. Tapi ingat, dulu ada namanya kutu loncat, menyerang hampir semua jenis kemlandingan, tapi sekarang nggak ada, tuh? Karena ada mekanisme alam. Nah, yang penting memang menjaga keseimbangan alam. Pasti ada, karena segala penyakit pasti ada obatnya kecuali mati dan tua he he. Yang penting kita antisipasi, karena selain konservasi pertimbangan ekonomis juga harus ada.

Tapi sekarang begini, dari pertimbangan lingkungan, degradasi hutan Indonesia ini kan luar biasa. Nah, saya sebagai orang budidaya, yang penting nanam dulu, konservasi, ada air dulu, baru ngomong ekonomi. Nanti akan sejalan. Bahkan program yang tengah saya kembangkan saat ini adalah membangun hutan rakyat kaya.

TA:Maksudnya?

S: Begini maksudnya, banyak orang membeli lahan asal dibeli tapi isinya kosong, dan itu yang punya orang kaya. Kalau terjadi kekeringan, masyarakat gak ada air, tapi orang kaya ini masih bisa mandi sauna. Tapi kalau lahan itu dibikin hutan, maka di situ ada air, dan kalau ada air pasti akan ada kehidupan. Sekarang ini bagaimana kita mengajak orang-orang kaya tadi yang lahannya kosong bisa ditanami hutan. Karena apa? Lahan-lahan orang miskin ini kecil, tidak bisa dikembangkan lagi, isinya penuh untuk penghasilan mereka. lahan besar kalau tidak ada tanamannya bisa menjadi bahaya yang sangat besar.

Ketika kita membangun hutan rakyat tadi, harus ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Contohnya keamanan dan kenyamanan dalam berinvestasi, apakah investasinya aman? Kedua apakah menguntungkan? Yang ketiga, apakah bisa membangun lingkungan. Tiga syarat itu yang harus ada.

Untuk kenyamanan berinvestasi kita bisa membangun kelembagaan dengan masyarakat. Jadi ada pembagian keuntungan antara investor, pemilik lahan, dan pengelola. Kalau saya punya pemikiran, 40% untuk pemilik lahan, 40% untuk investor, dan 20% untuk manajemen atau pengelola. Apakah menguntungkan? sangat menguntungkan, menanam pohon itu sangat menguntungkan.

Coba kita bisa itung-itungan, harga emas dalam waktu 5 tahun naiknya berapa persen? Taruhlah 10 %. Kalau saya punya uang Rp 100 juta, maka dalam waktu 5 tahun uang saya akan menjadi hanya menjadi Rp 110 juta.

Kalau saya belikan mobil untuk saya rentalkan, taruhlah 50 juta. jadi saya masih punya dana 50 juta. paling banter paling keuntungan 50 juta, maka uang saya menjadi 150 juta dalam waktu 5 tahun. saya asuransikan ke deposito, 3 % pertahun, sehingga 5 tahun menjadi 115 juta.

Sekarang saya investasikan ke pohon, sewa lahan 2 juta perhektar pertahun, 5 tahun menjadi 10 juta. saya tanam pohon jabon jarak tanam 5X5 m (minimalis-red) dalam 1 hektar ada 400 pohon. Dalam waktu 5 tahun perpohon bisa menjadi berukuran 20-30 cm.

Satu pohon bisa menghasilkan paling minim setengah kubik, dibikin minim saja. Dengan demikian, saya sudah punya 200 kubik dalam 1 hektar tersebut. Taruhlah perhektar untuk biaya investasi total hanya sekitar 20 juta, Kalau saya jual kayunya Rp 1 juta saja perkubik, anda bisa hitung sendiri? jelas sangat menguntungkan. Itu baru hitungan minimal dengan jarak sangat longgar. Riilnya bisa berlipat-lipat kali.

TA:Sekarang bagaimana dengan jarak tanam yang ideal untuk investasi? Kami lihat banyak perbedaan, kadang ada yang longgar dan kadang ada yang rapat?

S: Di masyarakat memang banyak terjadi perbedaan pengaturan jarak tanam. Dan itu hanya perspektif ekologis. Tergantung tujuannya. Kalau jarak tanam 2X2,5 m, lebih rapat, memang tanamannya akan lebih lurus, self pruningnya lebih cepat. Dan yang kedua, biasanya petani menginginkan hasil antara. Karena pada umur 3 tahun bisa dilakukan dengan penjarangan. Nah yang saya contohkan tadi 5X5 m memang sejak awal sudah dikondisikan lebar, memang diameternya akan tumbuh lebih besar dan lebih cepat dibandingkan dengan yang jaraknya sempit. (vie)