Jumat, 30 Desember 2011

rame-rame bisnis jabon

Rame-rame Investasi Jabon

Jabon liar berdiameter 1,5 m tumbuh di hutan Pemalang Jawa Tengah

Dua tahun belakangan memang Jabon tengah naik daun sebagai pujaan investasi agribisnis. Kombinasi antara peluang pasar kayunya yang diprediksi akan semakin terbuka, bahkan bisa menggantikan sengon yang sebelumnya sudah eksis, dan sifat-sifat yang dimiliki Anthocephalus macrophyllus (Jabon merah) dan Anthocephalus cadamba (Jabon Putih) mengatrol namanya.

Asal tahu saja, selama ini pohon yang dijadikan sebagai bahan untuk reboisasi didominasi oleh pohon-pohon yang lamban tumbuh (Low growing). Akibatnya, pertumbuhan kanopi yang lambat dan juga perakarannya. Wajar jika masyarakat tidak begitu berminat untuk ikut membenamkan modalnya dalam investasi ini.

Sementara, sengon yang selama ini sudah menjadi idola investasi kebun-kebun marjinal yang kurang produktif, dan masuk dalam kategori fast growing, ditanam luas oles masyarakat mendapat masalah cukup berat dengan timbulnya penyakit karat puru yang belum ditemukan obatnya.

<p>Your browser does not support iframes.</p>

Selain itu, tekanan dunia terhadap penebangan hutan liar Indonesia menjadikan pencarian alternatif-alternatif sumber kayu untuk suplai industri. “Akan lebih baik jika kita menanam hutan rakyat tapi tetap menguntungkan sebagai sumber kayu tersebut,” pendapat Dr. Ir Supriyanto, ahli silvikultur IPB. “Karena memang persoalan tekanan dunia dan konservasi sangat kuat, dan hutan alam masih menyimpan kekayaan ekonomi yang belum banyak kita ketahui,” sambung doktor lulusan Nancy University, Perancis ini.

Diperlukan tanaman-tanaman yang cepat tumbuh dan bisa menjawab kebutuhan industri dan menguntungkan bagi siapa saja yang investasi di dalamnya. “Sebenarnya ada banyak sekali jenis pohon fast growing yang bisa dikembangkan, tapi Jabon untuk saat ini bisa jadi alternatif yang patut dipertimbangkan.”

Sifat-sifat yang dimiliki pohon ini, menjadikannya alternatif yang sangat menguntungkan untuk investasi kayu dalam waktu cepat, pada gilirannyaa tujuan konservasi lahan dan air bisa tercapai sekaligus. “Yang penting kita nanam pohon dulu, nanti akan ada air, nah setelah ada air tentunya akan ada kehidupan, karena air memang sumber kehidupan,” papar peneliti senior SEAMO BIOTROP tersebut. (tabloidtransagro.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar