Gus Sholah: Entrepreneurship Itu Soal Membangun Kepribadian
Entrepreneurship selalu dimulai dari membangun kepribadian. Seorang wirausahawan yang berkpribadian buruk akan sulit berhasil menjadi pengusaha tangguh dan disegani.
Itulah sekelumit pandangan Salahuddin Wahid, salah satu tokoh nasional yang cukup dikenal ini, kepada pemimpin umum Tabloid Trans Agro, Ahmad Shofi. Bagi pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng ini, kebutuhan akan orang-orang tangguh yang berjiwa entrepreneuship ini semakin tidak bisa dihindari saja.
“Pasalnya, orang-orang seperti inilah yang pada dasarnya orang-orang yang berkarakter,” begitu tuturnya. “Entrepreneurship itu bukan hanya sekedar soal bagaiman orang mandiri, lebih dari itu,” sambungnya pada Trans Agro. Lalu? “Jauh dari itu adalah soal membentuk kepribadian. Pribadi yang berkarakter, mempunyai keteguhan dan ketangguhan.”
Selaku pengasuh lembaga pendidikan yang mengampu ribuan murid di pesantren yang dia pimpin sejak 3 tahun lalu itu, dia tidak semata percaya pada pendidikan formal. “Pada dasarnya, pendidikan itu mempunyai tiga aspek utama. Satu sama lain tidak boleh kurang. Karena kalau kurang tidak akan sempurna hasilnya.”
Pertama, pendidikan itu bertujuan membentuk manusia dari sisi kognitifnya. “Dalam wilayah kognitif, yang dibidik adalah sisi ilmu pengetahuannya. Bagaimana orang bisa berpikir dengan nalar.” Itulah yang dilakukan oleh pendidikan-pendidikan formal sekarang ini.
Kedua, sisi afektif. “Pada wilayah ini, pendidikan seharusnya mampu membentuk kepribadian peserta didik. Memperkenalkan nilai-nilai kemanusiaan. Juga nilai-nilau univesal lainnya.” Jauh lebih sulit mencapai tujuan ini, pendapatnya. “Makanya, tujuan afektif ini menjadi sangat penting sekarang ini.” Kejujuran, kerjasama, kedisiplinan benar-benar tidak bisa dipisahkan dari pendidikan.
Ketiga adalah psikomotorik, tujuan pendidikan agar manusia mempunyai ketrampilan untuk kelangsungan hidupnya sendiri. “Ketiganya tidak bisa dipisahkan, satu sama lain saling tidak terpisahkan.”
“Dan bagaiman nilai-nilai tadi bisa menjadi kebiasaan, bukan sekedar pengetahuan maka harus ditempuh dengan proses konatif.” Orang bisa menjadi lebih berkepribadian karena adanya upaya pembiasaan sehari-hari. “Banyak orang yang mengerti soal kepribadian, tapi banyak pula yang tidak berkepribadian,” kelahiran 11 September 1942 ini.
Nah, pada dasarnya, pembiasaan itu bisa dilakukan dengan cara penanaman mental entrepreneuship. Dalam wirausaha, ketika orang mau sukses maka mereka mutlak untuk mengembangkan beberapa karakter handal. “Tanpa mempunyai karakter-karakter ini, akan sulit orang bisa sukses.”
Apa saja yang dimaksudnya dengan karakter-karakter handal tadi? “Pertama orang harus percaya diri.” Tanpa rasa percaya diri, seseorang tidak bisa menjadi dirinya secara utuh. Keberhasilan dan kegagalan sangat ditentukan oleh tingkat kepercayaan diri sendiri. kalau tidak percaya diri, maka kecenderungan orang untuk bergantung pada lainnya sangat besar. Pada akhirnya mereka tidak bisa mengekpresikan kemauan-kemauan mereka secara penuh. “Sikap percaya diri ini penting, tapi tidak boleh sombong.
“Makanya, kita harus punya juga sikap rendah hati.” Rendah hati sangat berbeda dengan rendah diri. “Yang kita lawan adalah sikap rendah diri.” Karena rendah diri sangat membatasi potensi-potensi kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang
Kemampuan bekerjasama juga sangat penting. “Bangsa Indonesia ini, sangat membutuhkan orang-orang yang bisa bekerjasama.” Meskipun banyak orang yang mengagung-agungkan gotong royong, pendapat adik kandung Gus Dur, tapi sebenarnya banyak orang yang tidak bisa bekerja sama. Padahal, kemampuan kerjasa sama ini sangat mutlak artinya untuk sebuah kemajuan.
Untuk bekerjasama, orang harus mampu berkamomunikasi dengan baik. “Komunikasi baik inilah modal untuk bekerjasama. Komunikasi yang baik hanya bisa dilakukan dengan pandangan hidup yang baik pula. Bukan pandangan negatif.”
Tapi semuanya itu belum lengkap, tanpa adanya keberanian. “Keberanian mengambil keputusan, keberanian mengambil resiko, keberanian mencoba yang baru adalah hal-hal mendasar yang harus dipunyai seseorang untuk berhasil,” mantap.
Semua itu, pada dasarnya akan terlatih jika orang mau terjun sebagai entrepreneur, menjadi wirausaha dengan mengembangkan mental-mental juara.
Tidak berlebih pula, jika kemudian dia dalam mengasuh pesantrennya, nilai-nilai kewirausahaan ini sangat ditekankan. “Sekarang ini kita tengah mempersiapkan sebuah program kewirausahaan buat santri.”
“Kita akan memilih beberapa siswa untuk dididik khusus dalam pelatihan kewirausahaan selama satu tahu.” Bekerjasama dengan sebuah lembaga training, insinyur jebolan ITB ini membuat program tersebut. “Jadinya, nanti akan ada santri yang baru lulus SMA kita tahan dulu untuk kuliah.”
<p>Your browser does not support iframes.</p>
Mereka yang terpilih dan diijinkan orang tuanya, setelah lulus dari SMA akan dididik khusus dalam lembaga kewirausahaan ini. “Daripada tergesa-gesa melanjutkan kuliah tapi pada akhirnya hanya menjadi satu di antara jutaan orang yang menganggur, lebih baik menunda dulu untuk mendalami mental wirausaha ini.”
Menunda kuliah satu tahun toh tidak begitu signifikan, kilahnya. “Setelah lulus dari training kewirausahaan ini, mereka bisa saja melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Atau bisa saja menjadi seorang wirausahawan,” tegas mantan Wakil Ketua Komnas Ham 2002-2007 ini.
Jika mereka melanjutkan kuliah, tentu mereka akan mempunyai keunggulan-keunggulan dalam mental mereka. “Bisa saja mereka nantinya ketika kuliah bisa sambil membangun sebuah bisnis.” Bukankah di negara-negara Barat, orang kuliah sambil bekerja juga sudah menjadi kelaziman?
Bukannya memandang rendah pendidikan formal, tapi Salahuddin punya keyakinan, untuk sukses orang tidak harus kuliah yang tinggi. “Ingat di Amerika, menurut hasil penelitian, di antara 10 pengusaha paling berhasil 4 diantaranya mereka yang tidak kuliah.” Yang paling terkenal adalah Bill Gates, pemilik perusahaan Microsoft. “Mereka ini kan dibentuk dari karya yang mereka lakukan langsung.”
“Mereka ini kan tidak percaya terhadap pendidikan formal. Makanya mereka langsung terjun, berkarya dengan menjadi wirausahawan,” Gus Solah pad Trans Agro. Ditegaskan lagi, dalam wirausaha ada semangat untuk mandiri. Kemandirian ini hanya bisa dilakukan dengan mengembangkan sikap jujur, disiplin, kerja keras, mampu kerjasama dan komunikatif.
Kejujuran sangat diuji dalam dunia bisnis. Tapi hanya dengan kejujuran orang bisa maju. “Ingat, perusahaan-perusahaan yang sehat rata-rata mereka adalah perusahaan-perusahaan yang jujur,” pendapatnya. “Karena yang baik pasti akan berakhir baik, dan yang diawali dengan keburukan pasti akan berakhir buruk.”
Asal tahu saja, saat ini, dalam bidang agribisnis, Tebuireng juga tengah mempersiapkan program pertanian organik. “Saat ini kami tengah berupaya semua lahan yang kami punya akan kami organikan.”
“Ini bagian dari upaya kami untuk melestarikan alam dan menjalani pola hidup sehat.” Meskipun sudah pernah uji coba memproduksi beras organik dengan sebuah lembaga dan gagal, tapi Salahuddin tetap bersikukuh untuk meneruskan misinya itu.
Selain untuk konsumsi santrinya yang memang ribuan itu, program pertanian organik ini sebagai bagian dari tugas edukasi pesatren terhadap masyarakat umum. (red) (www.tabloidtransagro.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar